Laman

Jumat, 27 Mei 2011

Anything for You Friends

" walau kau pergi tinggalkan diriku,
walau tampar pipi kiriku,
ngga papa,
kuberikakan pipi kananku,
tetep kuanggap dirimu temanku "

Akhir-akhir ini aku lagi senang mendengarkan lagunya Saykoji yang berjudul "Ngga papa". Liriknya bagus banget yang menggambarkan seseorang yang walau dia dikianati oleh temannya tapi dia masih menganggap orang itu sebagai temannya.
Memang itulah arti sebuah pertemanan, bahwa " teman itu sampai mati " kalau untukku sendiri gag ada mantan teman. Apapun kondisinya baik dalam keadaan senang ataupun susah kalau memang bener-bener teman harus dilalui bersama.
Aku  pernah menemukan kata tentang teman atau sahabat." Sahabat sejati adalah mereka yang datang ketika dunia ini menjauh ". Dari kalimat ini berarti sahabat sejati adalah seseorang yang siap membantu kita dikala kita sedang mengalami masalah atau dalam keterpurukan.
Didalam pertemanan sering juga mengalami pertengkaranan ataupun salah paham. Itu menjadi hal yang biasa, yang menjadi luar biasa adalah cara kita menyikapi masalah tersebut. Tentu tidak dengan amarah untuk menghadapi sebuah masalah, perlu kepala dingin dan sikap dewasa yang akan untuk menyelesaikannya.
Terkadang memang dibutuhkan sebuah pengorbanan dalam pertemanan. Karena teman kita pastilah pribadi yang berbeda dan pola pikir masing-masingpun juga berbeda. Tidak inginkan melihat teman kita dalam masalah???aku sendiripun juga tidak tega kalau melihat salah satu temanku mengalami masalah atau terlihat bersedih. Ingin hati selalu membantu dan meringankan beban temanku. Memang tidak langsung menyelesaikan masalahnya, namun setidaknya meringankan bebannya.
Aku selalu ingin menjaga hubunganku dengan teman-temanku. Seandainya bisa apapun aku lakukan dan apapun aku berikan untuk menjaga hubunganku dengan teman-temanku. Karena mencari teman sejati lebih sulit dari mencari musuh. Anything For You My Friends.....:)

Minggu, 17 April 2011

Fenomena Kimcil

Kimcil

Belakangan ini di Jogja makin banyak terdengar istilah kimcil. Secara etimologis kimcil merupakan singkatan dari “kimpet cilik” atau bisa juga “kimpol cilik” (bahkan ada juga yang mengartikan sebagai kimplikan cilik). Secara terminologis kimcil diartikan sebagai cewek-cewek ABG, lebih khususnya cewek-cewek ABG yang kemayu, centil, sok imut. Biasanya kimcil-kimcil ini haus akan pengakuan dan eksistensi, bahkan dalam lingkungan anak band (khususnya band “indie/underground”) terkadang kimcil sering dikaitkan dengan groupies.
Range umur mereka antara 15 – 18 tahun, tampil modis dengan baju-baju distro, berlagak sok aneh/freak, suka cari perhatian dengan cara bertingkah sok nakal demi pengakuan (termasuk di dalamnya : merokok, minum-minuman keras, bertingkah sok bitchy), terkadang over kemayu dan sok manja demi mencari perhatian.
Belakangan ini, di lingkungan musik cutting edge Yogyakarta, fenomena kimcil sedang mengalami euforia. Jika pada beberapa tahun ke belakang acara musik cutting edge hanya melulu didominasi kaum adam nan sangar, sekarang kita dapat dengan mudah menemukan gadis-gadis remaja nan wangi dalam berbagai acara musik cutting edge.
Sebuah fenomena yang wajar sebenarnya, meningat perkembangan lalu lintas komunikasi dan informasi yang sedemikan dahsyatnya. Sekarang ini informasi tentang hal-hal yang berada di luar mainstream semakin mudah di dapat. Subkultur dan musik cutting edge seperti HC/punk, emo, indie-pop, shoegaze, dan lain sebagainya yang dulu dianggap aneh sekarang dianggap keren. Sekarang ini bagi sebagian remaja, semakin kita berusaha terlihat aneh maka kita akan dianggap semakin keren. Justru mereka yang terlalu mengikuti tren mainstream justru akan di cap sebagai alay and that’s so uncool.
Hal seperti tersebut di ataslah yang memotivasi banyaknya remaja-remaja untuk ingin terlihat cool dengan cara mengikuti subkultur cutting edge, pencarian akan pengakuan ini mengirim mereka ke sebuah dunia baru, sebuah neverland bagi jiwa-jiwa tersesat yang melarikan diri dari tekanan dunia orang dewasa. Tekanan yang telah merenggut hak-hak bermain dan berekspresi mereka. Lihatlah bagaimana remaja sekarang ini sedari kecil sudah didesak oleh segala kewajiban akademis mereka, kebebasan bermain dan berekspresi mereka pun tergerus oleh laju pembangunan yang semakin berorientasi profit tanpa mengindahkan berapa banyak jiwa yang rusak.
Tapi sayangnya lagi, kehadiran mereka di “neverland” baru ini ternyata juga masih tak lepas dari eksploitasi orang yang lebih tua.  Beberapa orang dewasa dalam neverland ini hanya memandang gadis-gadis remaja itu hanya sebagai obyek semata,  kehadiran mereka hanya dianggap sebagai bunga yang menyediakan madunya untuk dihisap ramai-ramai dan akhirnya gadis-gadis remaja itu akan layu sebelum berkembang.
Kehadiran gadis-gadis remaja tersebut bukanlah hal yang salah, tingkah mereka yang terkesan ingin mencari eksistensi karena memang mereka sudah kehilangan eksistensi jiwa mereka sedari kecil, tingkah mereka yang terkesan mencari perhatian karena mereka memang jiwa mereka butuh perhatian -dan bukan payudara, pantat, atau vagina mereka. Maka dari itu tidak usah deh terlalu lebay menanggapi kehadiran gadis-gadis remaja tersebut, toh mereka bisa aja kita anggap sebagai adik-adik atau teman-teman kecil kita.